Kabuto Yakushi, seorang ninja dengan kecerdasan tajam dan ambisi tanpa batas, memainkan peran penting dalam Perang Dunia Shinobi Keempat melalui penggunaan Jutsu Edo Tensei. Jutsu ini memberinya akses untuk membangkitkan para shinobi legendaris, termasuk mereka dengan kemampuan luar biasa yang sudah lama meninggal. Namun, keputusannya untuk tidak membangkitkan Hokage dari masa lalu menimbulkan banyak tanda tanya. Langkah ini tampaknya bertentangan dengan tujuan utamanya untuk menguasai medan pertempuran dan menunjukkan kekuatan puncak teknik terlarangnya.
Jutsu Edo Tensei secara teoritis memungkinkan seseorang untuk memanggil siapa saja yang telah meninggal, asalkan satu syarat terpenuhi: adanya sampel DNA yang memadai dari individu tersebut. Hokage, sebagai para pemimpin utama Konohagakure, memiliki pengaruh yang besar selama masa hidup mereka. Masing-masing dari mereka membawa keahlian unik yang bisa berpotensi mengubah jalannya peperangan dengan mudah. Itulah sebabnya keputusan Kabuto untuk tidak memanfaatkan kekuatan mereka melalui Edo Tensei menjadi topik yang terus diperdebatkan.
Beberapa faktor spekulatif muncul untuk menjelaskan keputusan ini. Salah satu hipotesis umum adalah bahwa Kabuto memiliki keterbatasan tertentu dalam mengakses DNA Hokage. Artefak tubuh mereka mungkin telah dijaga dengan ketat di Konoha, mengingat posisi mereka yang simbolis dan penting. Selain itu, sejumlah ahli teori berargumen bahwa alasan Kabuto bersifat strategis. Membangkitkan Hokage mungkin akan berisiko menimbulkan perlawanan yang signifikan dan tak terduga terhadapnya di tengah kekacauan yang sudah ia kendalikan.
Untuk memahami ini, ada baiknya melihat lebih dalam ke pola pikir Kabuto—bagaimana cara berpikirnya memengaruhi pilihannya. Ia terkenal sebagai manipulator ulung, sering kali memilih langkah-langkah yang penuh perhitungan, bahkan jika itu berarti menahan diri dari menggunakan seluruh potensi teknik yang ia miliki.
Edo Tensei: Penjelasan dan Kemampuan Dasar
Edo Tensei adalah salah satu jutsu terlarang (kinjutsu) paling ikonis dalam serial Naruto, yang memungkinkan pengguna menghidupkan kembali orang mati dalam keadaan tertentu. Jutsu ini pertama kali dikembangkan oleh Tobirama Senju, Hokage Kedua, dan disempurnakan lebih lanjut oleh Orochimaru serta Kabuto Yakushi. Meskipun memiliki potensi besar untuk digunakan dalam pertempuran, jutsu ini memiliki kompleksitas tinggi serta persyaratan spesifik untuk diaktifkan.
Secara mendasar, Edo Tensei menggunakan tubuh seseorang yang masih hidup sebagai wadah, di mana jiwa dari orang yang telah mati dipanggil kembali ke dunia. Proses ini memerlukan beberapa komponen penting:
- DNA atau Sampel Fisik: Pengguna harus memiliki sampel fisik dari orang yang ingin dibangkitkan, seperti darah, rambut, atau jaringan lainnya. Elemen ini mengizinkan pengguna memanggil jiwa spesifik individu yang sudah meninggal.
- Ritual Pemanggilan: Dengan menggabungkan DNA tersebut dengan tubuh wadah, pengguna memanfaatkan teknik khusus untuk mengembalikan jiwa dan menciptakan tubuh baru berupa wujud fisik yang abadi.
- Segel Pengendali: Pengguna memiliki kemampuan untuk mengendalikan sepenuhnya individu yang dibangkitkan melalui segel, kecuali jika orang yang dibangkitkan cukup kuat untuk mematahkan perintah tersebut.
Kemampuan utama yang dimiliki oleh ninja yang dibangkitkan menggunakan Edo Tensei meliputi daya tahan fisik tak terbatas, imortalitas, dan kapasitas untuk menggunakan semua jutsu atau teknik yang mereka kuasai selama hidupnya. Tubuh mereka mampu beregenerasi dari segala bentuk kerusakan, termasuk luka fatal.
Namun, Edo Tensei bukan tanpa kelemahan. Teknik ini membutuhkan persiapan yang kompleks, termasuk akses langsung ke DNA target. Selain itu, moralitas pengguna sering kali dipertanyakan karena memanfaatkan tubuh manusia sebagai medium dan melibatkan manipulasi jiwa yang telah meninggal.
Strategi dan Motif Kabuto dalam Perang Dunia Shinobi Keempat
Kabuto Yakushi memainkan peran kunci dalam Perang Dunia Shinobi Keempat dengan memanfaatkan Jutsu Edo Tensei, teknik terlarang untuk membangkitkan shinobi yang telah meninggal dan menggunakannya sebagai senjata di medan perang. Keputusannya menggunakan Edo Tensei didorong oleh tujuan pribadi dan strategis yang menggambarkan ambisi serta kecerdasannya sebagai seorang ninja.
Kabuto bermaksud untuk memperkuat posisinya sebagai kekuatan utama dalam konflik tersebut dengan membangkitkan sejumlah shinobi kuat dari masa lalu. Ia menyediakan layanan Edo Tensei kepada Obito Uchiha sebagai bentuk aliansi strategis, meskipun sebenarnya Kabuto memiliki motif tersembunyi. Tujuan akhirnya bukan sekadar memenangkan perang, melainkan untuk menguasai rahasia dunia ninja dan membuktikan kepantasan dirinya sebagai penerus sejati Orochimaru. Dengan membangkitkan ninja legendaris, seperti Madara Uchiha, Kabuto menunjukkan pemahaman menyeluruh tentang sejarah dan kekuatan dunia shinobi.
Strateginya lebih dari sekadar manipulasi kekuatan murni. Ia merencanakan gerakan dengan cermat untuk memanipulasi emosi musuh, termasuk memaksa sekutu dan lawan menghadapi orang-orang terkasih yang telah meninggal. Ini menciptakan trauma psikologis di pihak Aliansi Shinobi sambil mempertahankan dominasi militer di medan perang. Kabuto juga memprioritaskan efisiensi dengan memilih shinobi yang memiliki keterampilan unik, seperti shinobi sensor dan ahli perang.
Motivasinya juga mencerminkan pencarian identitas. Sebagai karakter yang selalu merasa hidup di bawah bayang-bayang Orochimaru, Kabuto ingin melampaui mentornya dalam kekuatan dan pengaruh. Perang memberi Kabuto panggung untuk membuktikan kejeniusan ilmunya, termasuk modifikasi signifikan pada Jutsu Edo Tensei, menjadikannya lebih kuat daripada versi yang digunakan sebelumnya.
Hokage Pertama hingga Keempat: Kekayaan Kekuatan yang Terabaikan
Hokage pertama hingga keempat adalah pilar kekuatan utama dalam sejarah Konoha. Setiap Hokage membawa keunikan dan keterampilan yang begitu signifikan bagi desa mereka. Namun, dalam konteks Edo Tensei yang digunakan oleh Kabuto, pertanyaan tentang mengapa mereka tidak dipanggil kembali menjadi bahan diskusi yang menarik.
Hokage Pertama: Hashirama Senju Sebagai pendiri Konoha dan shinobi terkuat pada eranya, Hashirama memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Kekuatannya dalam teknik Mokuton (Elemen Kayu) bahkan hampir tidak memiliki tandingan sepanjang sejarah. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan untuk menundukkan Biju, yang membuatnya menjadi lawan yang sangat sulit untuk dihadapi. Namun, penggunaan kekuatan Hashirama sebagai bagian dari Edo Tensei kemungkinan besar akan terlalu berisiko, mengingat kekuatannya yang begitu besar dan potensi untuk lepas kendali.
Hokage Kedua: Tobirama Senju Tobirama dikenal sebagai pencipta berbagai teknik hebat, seperti Edo Tensei itu sendiri dan Hiraishin no Jutsu (Teknik Dewa Petir Terbang). Kemampuannya membuat teknik – yang beberapa di antaranya belakangan dimainkan oleh ninja dari generasi berikutnya – adalah bukti kejeniusannya sebagai shinobi. Dalam skenario Edo Tensei, menghadirkan Tobirama bisa berujung pada situasi di mana ia mampu mengalihkan kontrol teknik tersebut kembali ke dirinya sendiri.
Hokage Ketiga: Hiruzen Sarutobi Dikenal sebagai “Dewa Shinobi” pada zamannya, Hiruzen memiliki penguasaan terhadap hampir semua teknik di Konoha. Meskipun ia sudah tua ketika diperlihatkan dalam pertempuran terakhirnya, potensi dari masa mudanya digambarkan sangat dekat dengan legenda. Kabuto mungkin menyadari bahwa kebangkitan Hiruzen dalam bentuk yang lebih muda akan menghasilkan ancaman besar terhadap kendali strategisnya.
Hokage Keempat: Minato Namikaze Kecepatan luar biasa Minato sebagai “Kilat Kuning Konoha” mungkin adalah salah satu kemampuan yang paling sulit ditandingi. Selain itu, ia juga memiliki kekuatan segel yang unggul, terbukti dalam usahanya untuk menyegel Kurama. Sama seperti yang lain, Minato dalam Edo Tensei kemungkinan besar akan menimbulkan bahaya lebih besar daripada manfaat, terutama jika pertimbangan strategis Kabuto tidak mencakup sistem kontrol penuh.
Setiap Hokage mewakili kombinasi langka antara kekuatan, kecerdasan, dan teknik unik. Hal ini membuat keterlibatan mereka dalam Edo Tensei menjadi pedang bermata dua untuk Kabuto.
Kemungkinan Pertimbangan Etis atau Takut Balasan
Dalam skema Kabuto Yakushi selama Perang Dunia Shinobi Keempat, Edo Tensei menjadi senjata andalan yang ia gunakan untuk membangkitkan sejumlah shinobi legendaris. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa Hokage terdahulu tidak termasuk dalam daftar shinobi yang dihidupkan kembali olehnya. Salah satu kemungkinan yang dapat dipertimbangkan adalah adanya faktor pertimbangan etis atau rasa takut terhadap balasan yang mungkin ia hadapi.
Sebagai seseorang yang sangat terobsesi dengan kekuasaan, Kabuto dikenal tidak terlalu memedulikan moralitas tindakannya. Tetapi, dalam kasus Hokage, mereka adalah tokoh yang memiliki posisi simbolis yang kuat di dunia shinobi. Membangkitkan mereka dari kematian bisa memicu kemarahan besar, terutama dari Konoha, yang merupakan salah satu kekuatan utama dalam aliansi shinobi saat itu. Ini berpotensi menempatkan Kabuto pada risiko yang lebih besar, baik secara militer maupun politik.
Selain itu, Hokage terdahulu seperti Hashirama Senju dan Tobirama Senju dikenal tidak hanya karena kekuatan mereka, tetapi juga kebijaksanaan dan kesetiaan terhadap desa mereka. Jika mereka dibangkitkan dengan Edo Tensei, ada kemungkinan besar bahwa mereka akan melawan kontrol Kabuto. Ini merupakan risiko yang tidak kecil, mengingat kemampuan mereka untuk menggagalkan rencana Kabuto dari dalam.
Ada juga kemungkinan bahwa Kabuto, meskipun termotivasi oleh kekuasaan, memahami bahwa mencemarkan nama Hokage melalui Jutsu terlarang ini bisa menciptakan dampak jangka panjang yang lebih besar daripada keuntungan yang ia dapatkan. Hokage membawa warisan dan nilai-nilai yang dihormati, tidak hanya di Konoha tetapi juga di seluruh dunia shinobi. Ini dapat menjadi alasan Kabuto memilih untuk menghindari membangkitkan mereka.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah ketakutan Kabuto terhadap balasan langsung dari Hokage sendiri. Jutsu Edo Tensei memungkinkan shinobi yang dibangkitkan untuk mempertahankan kepribadian dan kenangan mereka, sehingga membuat sang pengguna berisiko menghadapi perlawanan. Mengingat reputasi Hokage sebagai shinobi tingkat dewa, gagasan menghadapi mereka, bahkan dalam keadaan tak terkendali, dapat menjadi hal yang menakutkan bahkan bagi seseorang seperti Kabuto.
Ketergantungan Kabuto pada Madara Uchiha dan Pengaruhnya pada Keputusan
Kabuto Yakushi, sebagai pelaku utama di balik kebangkitan Edo Tensei pada Perang Dunia Shinobi Keempat, memiliki hubungan yang kompleks dengan Madara Uchiha. Keputusannya untuk tidak membangkitkan Hokage melalui teknik Edo Tensei tidak dapat dilepaskan dari dinamika ketergantungan dan pengaruh yang dimiliki Madara terhadap Kabuto.
Kabuto, meskipun seorang ahli dalam memanipulasi teknik ninja, tidak sepenuhnya bertindak independen selama aliansinya dengan Obito Uchiha, yang mengaku sebagai Madara pada saat itu. Ketergantungan ini bukan hanya berbentuk strategis, tetapi juga mencakup rasa percaya diri Kabuto yang bertambah ketika ia merasa dirinya memiliki kendali atas situasi. Sebagai tambahan, Kabuto berulang kali menunjukkan ambisinya untuk membuktikan bahwa dirinya adalah pengendali utama dalam konflik tersebut. Namun, ia menyadari bahwa pembangkitan Hokage pertama hingga keempat dapat menjadi ancaman serius terhadap agenda Madara, terutama karena keempatnya memiliki keterampilan luar biasa yang dapat mengubah jalannya perang secara drastis.
Selain itu, keberadaan Madara Uchiha dalam rencana besar perang memiliki pengaruh signifikan terhadap setiap tindakan Kabuto. Kabuto mungkin menyadari bahwa membangkitkan Hokage akan menarik perhatian Madara dan menciptakan konflik kepentingan yang tidak diinginkan. Dengan Madara berposisi sebagai sekutu yang dominan dan pusat strategi dalam perang, Kabuto kemungkinan besar menghindari tindakan yang dapat dianggap sebagai tantangan terhadap otoritas tersebut.
Keputusan ini juga disertai pertimbangan taktis. Kabuto lebih memilih untuk membangkitkan ninja-ninja kuat seperti Itachi Uchiha dan Nagato, yang secara langsung mendukung strategi perang aliansinya dengan Madara. Hokage, di sisi lain, memiliki potensi untuk bergabung dengan pihak lawan atau bertindak sesuai prinsip yang bertentangan dengan kehendak Kabuto dan Madara.
Pengaruh Teknik Edo Tensei pada Stabilitas Perang
Teknik Edo Tensei yang dipopulerkan oleh Orochimaru dan disempurnakan oleh Kabuto memiliki pengaruh besar terhadap dinamika peperangan dalam dunia shinobi. Dengan kemampuannya untuk membangkitkan shinobi yang telah mati, Edo Tensei secara signifikan mengubah keseimbangan kekuatan di medan perang. Namun, kehadiran teknik ini juga memunculkan kekhawatiran akan potensi kehancuran yang tidak terkendali serta dampaknya pada stabilitas perang.
Salah satu pengaruh terbesar Edo Tensei terletak pada aspek psikologis. Dengan menghadirkan kembali tokoh-tokoh legendaris, seperti ninja dari era yang sudah lama berlalu, teknik ini menciptakan tekanan mental bagi pihak lawan. Pejuang di medan perang sering kali menghadapi dilema moral ketika bertarung melawan orang yang mereka hormati atau kenal sebelum wafat. Hal ini melemahkan motivasi bertarung dan memperburuk moral pasukan lawan.
Selain itu, teknik ini memungkinkan pengguna untuk secara instan memperbesar kekuatan pasukan tanpa memerlukan waktu pelatihan atau rekrutmen. Dengan membangkitkan ninja yang sangat kuat, pengguna dapat mengancam stabilitas kekuatan seimbang antara faksi-faksi yang bertarung. Ketidakseimbangan ini dapat menciptakan kondisi perang yang berkepanjangan, yang justru bertentangan dengan tujuan akhir menciptakan perdamaian.
Namun, Edo Tensei juga memiliki konsekuensi yang tidak diantisipasi. Kendati pengguna mengontrol tubuh ninja yang dibangkitkan, jiwa mereka tetap dapat memberontak ketika diprovokasi. Ini sering kali mengarah pada pertarungan balik yang berisiko bagi pengguna sendiri. Dengan potensi kehancuran yang begitu besar, teknik ini dianggap pedang bermata dua yang dapat memperburuk atau bahkan memicu eskalasi konflik.
Risiko Bangkitnya Hokage: Kabuto Menghindari Ancaman?
Dalam dunia Naruto, teknik Edo Tensei yang dikembangkan oleh Tobirama Senju memiliki potensi luar biasa untuk membangkitkan shinobi legendaris dari kematian. Namun, keputusan Kabuto untuk menghindari membangkitkan Hokage dalam Perang Shinobi Keempat bukan tanpa alasan yang kuat. Mengelola entitas sekuat mereka bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga risiko besar yang dapat mengancam keberhasilan rencananya.
Hokage, sebagai ninja terkuat di Konoha, memiliki tingkat kekuatan luar biasa yang didukung dengan pengalaman dan kecerdasan strategis yang matang. Kabuto memahami bahwa mereka tidak seperti pasukan Edo Tensei lainnya. Meskipun segel kendali Edo Tensei sangat kuat, Kabuto menyadari bahwa Hokage memiliki potensi besar untuk melawan pengontrolnya sendiri, seperti yang pernah diperlihatkan oleh Hashirama saat menghadapi Orochimaru dalam pertempuran.
Selain itu, setiap Hokage memiliki nilai moral dan integritas tinggi yang bisa menjadi penghalang. Ada kemungkinan besar mereka akan melawan dengan menggunakan pengetahuan mereka untuk membatasi efek dari Edo Tensei, sehingga mengganggu tujuan Kabuto dalam menimbulkan kehancuran dan kekacauan di medan perang. Dengan risiko mereka mendapatkan kembali kontrol atas tubuh mereka, ancamannya menjadi lebih besar dari sekadar kerugian taktis.
Rasa hormat terhadap kekuatan Hokage mungkin juga menjadi salah satu faktor Kabuto tidak membangkitkan mereka. Hingga titik tertentu, ia mungkin melihat langkah seperti itu sebagai pedang bermata dua yang berbahaya. Perhatian ini semakin relevan jika mempertimbangkan peran Obito dan Madara dalam perang tersebut, di mana keseimbangan kekuatan harus diatur dengan sangat hati-hati agar aliansi tetap terbentuk.
Sejatinya, Kabuto juga terlibat dalam permainan manipulasi yang rumit. Ia membutuhkan kendali penuh atas setiap bidaknya, sesuatu yang sulit dilakukan jika Hokage hadir di medan perang. Ini menjelaskan mengapa ia lebih memilih membangkitkan shinobi lain yang meski kuat, masih cenderung lebih mudah dikendalikan dibandingkan para Kage.
Perbedaan Tujuan Kabuto Dibandingkan Orochimaru
Kabuto Yakushi dan Orochimaru, meskipun memiliki hubungan mentor-murid, memiliki tujuan dan motivasi yang jelas berbeda. Pandangan keduanya terhadap kekuatan dan penggunaan Jutsu Edo Tensei sangat mencerminkan perbedaan prinsip dan ambisi mereka. Orochimaru, sejak awal, terdorong oleh obsesinya untuk mencapai keabadian. Ambisinya berpusat pada eksplorasi semua jutsu yang ada dan menguasai setiap aspek dari dunia ninja, termasuk penguasaan Jutsu Edo Tensei. Orochimaru menggunakan teknik ini untuk mendemonstrasikan kekuatannya dan memastikan dominasinya atas musuh-musuhnya, termasuk saat pertempuran melawan Hiruzen Sarutobi, Hokage Ketiga.
Sebaliknya, Kabuto memiliki pendekatan yang lebih kompleks terhadap Jutsu Edo Tensei. Perjalanan Kabuto sebagai karakter dibentuk oleh pencarian akan identitas dirinya. Setelah kehilangan arah akibat masa kecilnya yang sulit dan kekacauan hubungannya dengan Orochimaru, Kabuto beralih kepada Edo Tensei sebagai refleksi dari ambisinya untuk menemukan pengakuan sebagai individu yang melampaui Orochimaru. Motivasinya tidak lagi semata-mata tentang kekuatan, tetapi juga tentang membuktikan superioritas atas mentornya dan mengukuhkan dirinya sebagai sosok yang unik dalam sejarah dunia ninja.
Kabuto menggunakan Edo Tensei dengan tujuan strategis selama Perang Dunia Shinobi Keempat, menghidupkan kembali banyak shinobi kuat untuk menciptakan kekacauan yang masif. Namun, ia tidak membangkitkan Hokage dalam proses ini. Perhatikan bahwa tindakan ini mencerminkan fokusnya pada tujuan praktis dan penciptaan ketidakseimbangan militer, bukan pada dominasi personal sebagaimana dilakukan Orochimaru. Pilihannya mencerminkan prioritasnya yang berbeda, menonjolkan sikapnya yang lebih kalkulatif dibandingkan pendahulunya.
Analisis Mengapa Kabuto Fokus pada Karakter Lain seperti Itachi hingga Nagato
Kabuto Yakushi, salah satu antagonis utama dalam seri Naruto, secara strategis memilih tokoh-tokoh tertentu untuk dihidupkan kembali menggunakan Jutsu Edo Tensei miliknya. Alih-alih membangkitkan tokoh-tokoh yang memiliki keterkaitan mendalam dengan sejarah Konoha seperti para Hokage, ia lebih memilih individu seperti Itachi Uchiha, Nagato Uzumaki, dan sejumlah karakter kuat lainnya. Keputusan ini mencerminkan pendekatan Kabuto yang terfokus pada memaksimalkan kekuatan dan efek psikologis dari pilihan targetnya.
Salah satu alasan utama Kabuto menargetkan Itachi adalah kemampuan Mangekyō Sharingan milik Itachi, yang memiliki Tsukuyomi, genjutsu tingkat tinggi. Itachi bukan hanya seorang ninja yang luar biasa, tetapi juga tokoh yang memainkan peran kunci dalam perkembangan konflik dunia ninja. Dengan memanfaatkan Itachi, Kabuto mengincar keuntungan taktis serta potensi untuk mengacaukan pihak musuh yang memiliki hubungan emosional dengannya, seperti Sasuke.
Nagato, di sisi lain, dipilih karena kekuatannya yang berasal dari Rinnegan, sebuah dojutsu legendaris yang mampu menghancurkan daerah luas dan mengontrol kehidupan serta kematian. Kekuatannya menawarkan kelebihan besar dalam medan pertempuran dan memberikan Kabuto peluang untuk menguasai situasi secara destruktif. Pilihan ini menunjukkan pemikiran strategis yang mendalam, di mana Kabuto lebih memprioritaskan figur yang memiliki kemampuan unik dibandingkan dengan pemimpin tradisional seperti Hokage.
Faktor lainnya adalah hubungan langsung antara tokoh yang dihidupkan Kabuto dan dampak emosional yang bisa mereka timbulkan. Banyak dari karakter seperti Itachi dan Nagato memiliki sejarah konflik yang belum selesai, memberikan Kabuto peluang untuk menimbulkan kekacauan psikologis pada musuh-musuhnya. Hal ini membuat strategi Kabuto menjadi tidak hanya soal kekuatan, tetapi juga soal memanfaatkan emosi untuk melemahkan pihak lawan.
Melalui pilihan-pilihan seperti ini, Kabuto tidak hanya mengejar dominasi medan perang tetapi juga menciptakan tekanan multi-dimensi bagi pihak-pihak yang menentangnya.
Pandangan Fans: Teori dan Spekulasi yang Dapat Dijadikan Tambahan
Di kalangan komunitas penggemar Naruto, pertanyaan mengenai keputusan Kabuto yang tidak membangkitkan Hokage terdahulu menggunakan Jutsu Edo Tensei telah memicu berbagai teori dan spekulasi. Beberapa teori didasarkan pada elemen naratif, sementara lainnya mencoba mengaitkan keputusan ini dengan logika dalam universe serial tersebut. Berikut ini beberapa pandangan yang sering menjadi perbincangan:
1. Keterbatasan Pengetahuan Kabuto
Salah satu spekulasi yang paling sering diangkat adalah keterbatasan pengetahuan Kabuto tentang lokasi DNA atau jenazah para Hokage. Mengingat tempat penyegelan Hokage Pertama (Hashirama Senju) dan Hokage Kedua (Tobirama Senju) kemungkinan dirahasiakan oleh pihak Konoha, sulit untuk menganggap bahwa Kabuto memiliki akses ke informasi tersebut. Bahkan Orochimaru, seorang ninja dengan tingkat pengetahuan luar biasa, sebelumnya hanya berhasil membangkitkan mereka dengan data terbatas.
2. Pengaruh Teknis Jutsu Edo Tensei
Teori lain mengacu pada aspek teknis Jutsu Edo Tensei itu sendiri. Kabuto mungkin menyadari bahwa kebangkitan para Hokage akan melibatkan risiko besar. Hokage, terutama Hashirama, dikenal sebagai shinobi legendaris dengan kekuatan luar biasa. Jika Hokage membebaskan diri dari kendali Kabuto, situasi bisa berbalik, di mana mereka menjadi ancaman bagi rencana Perang Dunia Ninja keempat yang sedang digerakkan oleh aliansinya dengan Tobi.
3. Pilihan Naratif dan Ketidakseimbangan Kekuatan
Beberapa penggemar juga berpendapat bahwa alasan utama adalah keputusan kreator seri, Masashi Kishimoto, untuk menjaga keseimbangan narasi. Jika Hokage sebelumnya dibangkitkan, mereka berpotensi mengganggu distribusi kekuatan dalam konflik. Keberadaan mereka mungkin terlalu kuat, sehingga akan membuat jalan cerita kurang penuh tantangan bagi protagonis utama, Naruto dan Sasuke.
“Bangkitnya Hokage pada saat itu mungkin dianggap terlalu prematur dalam alur.” – Pendapat ini mencerminkan opini di forum penggemar terkait potensi disruptif yang bisa terjadi.
Dengan berbagai teori tersebut, penggemar terus berdebat, memberikan warna tersendiri pada diskusi mengenai alasan-alasan di balik tindakan Kabuto. Hal ini mencerminkan betapa kaya dan kompleksnya alam semesta Naruto, di mana elemen-elemen naratif tetap membuka ruang interpretasi dan diskusi yang beragam.
Kesimpulan: Keputusan yang Kompleks dan Penuh Pertimbangan
Kabuto Yakushi, sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam dunia Naruto, adalah individu yang terkenal akan strategi, kecerdasan, serta pengetahuannya yang mendalam tentang seni ninja. Namun, keputusan yang diambil Kabuto untuk tidak membangkitkan para Hokage melalui Jutsu Edo Tensei bukanlah sesuatu yang sederhana. Langkah ini harus dipahami melalui berbagai lapisan alasan, baik dari perspektif teknis, naratif, maupun konteks dalam alur cerita seri manga dan anime tersebut.
Salah satu faktor utama adalah keterbatasan kontrak Edo Tensei itu sendiri. Jutsu ini membutuhkan sampel DNA individu yang hendak dibangkitkan. Meskipun Kabuto memiliki akses ke beragam DNA dari shinobi terkenal, DNA para Hokage tidaklah mudah didapatkan. Ini terutama berlaku bagi Hokage pertama dan kedua, Hashirama dan Tobirama Senju, yang tubuhnya dikisahkan telah lama hilang atau dijaga ketat oleh pihak Konoha. Dalam konteks tersebut, upaya untuk mengumpulkan sampel DNA dari para Hokage bisa menjadi misi tersendiri yang mungkin tidak sepadan dengan waktu dan risiko.
Selain itu, keputusan strategis Kabuto juga perlu diperhatikan. Membangkitkan para Hokage tidak hanya membawa peluang kekuatan besar, tetapi juga potensi ancaman. Hokage-hokage sebelumnya, terkenal akan kecerdasan dan kekuatan mereka, mungkin malah menjadi penghalang bagi Kabuto. Karakter-karakter seperti Hashirama Senju atau Minato Namikaze memiliki tekad yang kuat untuk melindungi dunia shinobi, sehingga mereka bisa bertindak melawan kendali Jutsu Edo Tensei.
Selanjutnya, dari sudut naratif, pembatasan ini mendorong ceritanya untuk tetap fokus pada konflik utama yang melibatkan Orochimaru, Kabuto, dan Akatsuki. Jika para Hokage ikut serta terlalu dini, mereka bisa mengalihkan perhatian dari perkembangan para tokoh utama seperti Naruto dan Sasuke. Alur cerita sengaja memberi ruang bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan besar tanpa terlalu bergantung pada kekuatan pendahulu mereka.
Dengan demikian, keputusan ini bukanlah semata-mata soal kemampuan, tetapi juga soal keseimbangan antara strategi teknis dan kebutuhan narasi.